MAJENE, EAGLEPOUNCES – Sebagai bagian dari sejarah penting, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Majene menggelar kegiatan belajar menari bagi siswa-siswi SMA di Museum Mandar Majene, Selasa (16/07/2024).
Kegiatan Belajar menari dibuka Kepala Dinas Disbudpar Majene Ahmad Djamaan didampingi Kabid Pengembangan Kebudayaan Disbudpar Majene Susanna bersama para pemateri serta pendamping sekolah.
“Belajar menari ini sebagai Program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik BOP-MTB 2024 bekerjasama Disbudpar Majene,” terang Ahmad.
Diuraikan, belajar menari di museum sebagai sarana pendidikan sejarah bagi generasi penerus untuk mengetahui sejarah kebudayaan dan memahaminya sebagai dasar pijakan pembentukan jati diri demi melangkah ke masa depan.
“Anak-anakku bisa sering berkunjung ke museum karena dapat memberikan banyak manfaat dengan melihat sejumlah benda-benda bersejarah, seperti fosil, mata uang kuno, dan sebagainya,” urainya.
Diungkapkan, pada tahun 1908, Belanda membangun sebuah rumah sakit di Majene, yang saat ini menjadi Museum Mandar dan sudah menduduki klasifikasi museum tipe C. “Sedangkan bangunannya termasuk bangunan cagar yang dilindungi Undang-undang,” jelasnya.
Sementara, Kabid Pengembangan Kebudayaan Susanna menuturkan, kegiatan belajar menari adalah untuk tari Patuddu sebagai salah satu tarian tradisional di Sulawesi Barat.
“Tarian ini dibawakan para penari wanita dengan gerakannya yang lemah gemulai dan menggunakan kipas, selendang, sebagai alat menarinya,” ulasnya.
Dijelaskan, tarian Patuddu juga merupakan tarian tradisional yang cukup terkenal dan sering ditampilkan di berbagai acara, seperti acara penyambutan, pertunjukan seni, dan festival budaya.
“Selain ditampilkan dalam acara, tarian ini lebih difungsikan sebagai wujud penghormatan penyambutan Raja maupun para tamu penting yang datang ke daerah ini, dengan makna sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira atas kedatangan para tamu,” jelasnya. (nad)